LohanSlot LohanSlot LohanSlot LohanSlot LohanSlot lohanslot lohanslot MusimGacor https://musimgacor.id/ MusimGacor Lapakcuan Lapakcuan PROFIL HOME SCHOOLING AZZAHRA
SEKILAS INFO
19-03-2024
  • 3 tahun yang lalu / SIT AZZAHRA telah membuka Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) TA 2021/2022 Gelombang 1 12 Oktober – 28 November 2020
  • 3 tahun yang lalu / SIT AZZAHRA Terakreditasi “A” dengan izin oprasional No 421.2/2696-Disdik/2019
  • 3 tahun yang lalu / Gunakanlah Alat Pelindung Diri (Masker & Face Shield) ketika berada di area Sekolah
https://lohanslot.id https://lapakcuan.asia
NetralBet NetralBet https://netralbet.id/ https://discountdesignerdresses.com/ https://wa.me/6282272116880 Livechat NetralBet Telegram NetralBet https://finasteridehr.com/
RTP Kudamas88 Kudamas88 Kudamas88 Kudamas88 Kudamas88 https://heylink.me/Kudamas88.ID/ https://heylink.me/Kudamas88.Bonus/ https://kudamas88.id/ https://wa.me/+6282164828867 https://direct.lc.chat/14679702/ Livechat Kudamas88 https://www.instagram.com/Kudamas88.id https://twitter.com/KDMas88 https://www.youtube.com/@kudamas88 https://www.facebook.com/Kudamas88 https://id.pinterest.com/kdmas88

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang penting, dimana setiap manusia berhak untuk mendapatkannya. Islam sebagai agama kesejatian manusia menempatkan masalah pendidikan pada tempat yang pertama dalam ajarannya. Sebagaimana diisyaratkan dalam wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam ayat tersebut mengandung perintah untuk mencerdaskan manusia lewat proses baca dan tulis, yang kemudian melalui proses itu manusia bisa mengembangkan ilmunya.

 

Sebagian orang berpendapat bahwa sekolah merupakan satu-satunya pusat pendidikan, karena sekolah merupakan lembaga yang diperuntukkan secara khusus bagi pendidikan. Pada kenyataannya terdapat banyak pusat pendidikan seperti keluarga, tetangga, kampung halaman, lingkungan dan sekolah, disamping masjid, tempat-tempat pertemuan, media massa (seperti surat kabar, radio, dan televisi), dan lain-lain yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pendidikan dan pembentukan kepribadian individu.

 

Namun tetap saja masyarakat masih menganggap sekolah sebagai satusatunya sarana pendidikan yang sangat ampuh untuk memperoleh pendidikan. Ada asumsi bahwa orang yang tidak bersekolah maka orang tersebut tidak berpendidikan. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan pendidikan itu sendiri? Pendidikan merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Oleh karena itu pendidikan tidak harus didapat melalui bangku sekolah saja. Ada juga sebagian masyarakat yang kritis terhadap lembaga pendidikan formal itu.

 

Mereka berpendapat bahwa sekolah itu mengukung dan menjajah anak. Banyak anak yang secara potensial dapat berpikir mendalam, kreatif, dan memiliki sikap yang sopan santun, kemudian berubah drastic setelah masuk di gerbang sekolah. Anak-anak dipaksa belajar apa saja dalam tempo yang telah ditetapkan dan diikat dengan belenggu kurikulum yang ketat, hanya untuk mengejar skor tertentu yang ditetapkan sebagai batas kelulusan dalam Ujian Nasional (UN). Dengan keadaaan demikian anak akan merasa dan mengalami tekanan ketika potensi itu tidak tersalurkan di tempat yang benar. Sebagaimana yang dialami seorang anak usia 15 tahun bernama M. Izza Ahsin yang merasa dirinya terpenjara dalam sekolah formal. Hal ini karena ia mempunyai bakat untuk menulis yang tidak dapat tersalurkan dan diasah bila ia terus berada dalam sekolah formal tersebut. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari penjara itu.

 

Belum lagi adanya gejala komersialisasi pendidikan atau perdagangan ilmu di sekolah, misalnya saat sekolah mewajibkan anak untuk membayar sejumlah diktat atau buku. Sekolah juga sering membebani anak didik. Tugas rumah atau yang sering disebut PR kadang sering menjadi masalah tersendiri bagi anak. Bayangkan dalam satu hari ada dua atau tiga guru memberikan PR masing-masing sepuluh soal, belum lagi di hari berikutnya PR tersebut semakin bertambah. Hal ini bisa menjadikan anak tidak merasa fun dalam belajar karena dihadapkan pada kewajiban yang memaksa. Kesan lain dari sekolah formal adalah hanya disikapi sebagai lahan untuk mencari ijazah dan mencetak sarjana saja.

 

Namun itu semua bukan semata-mata kesalahan sekolah saja. Semua itu sebagian dari kelemahan sekolah, tetapi sekolah juga mempunyai peran yang penting dalam proses bersosialisasi dan mengembangkan diri. Seperti kata Syafinuddin al-Mandari bahwa sekolah yang mengukung, membebani, menguras, maupun membius, bebarengan dengan suasana rumah yang tidak akrab dengan hawa keilmuwan dan perilaku mulia, menjadikan anak ibarat bergantung pada dahan yang rapuh.3

Dari berbagai masalah di muka, maka muncullah berbagai alternative pendidikan. Sebagai solusi untuk mencari format pendidikan yang benar-benar baik untuk anak-anak. Salah satu yang sedang marak di perbincangkan adalah homeschooling. Sebenarnya istilah homeschooling ini bukanlah hal yang baru lagi. Jika kita menelusuri biografi para tokoh yang berpengaruh di masa lalu, sesungguhnya merekapun ditempa dengan pendidikan “dirumah”, meskipun formatnya berbeda dengan yang sekarang, seperti Ki Hajar Dewantara dan Buya Hamka.

 

Model pendidikan homeschooling ini tanggung jawabnya secara penuh berada di tangan orang tua, tidak diserahkan kepada pihak lain sebagaimana sekolah formal. Karena model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak sesungguhnya hanya bisa dipenuhi oleh orang yang peduli dan sangat memahami anak. Dan tidak ada orang yang paling peduli dan paham tentang anak-anak kecuali orang yang mengasuhnya; dan jika anak itu diasuh oleh orang tuanya, tentu orang tualah yang paling mengerti mereka.

 

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama mempunyai peranan yang penting untuk menolong pertumbuhan anak-anaknya baik secara fisik maupun psikis. Karena anak adalah amanat Allah yang dititipkan kepada orang tuanya. Mereka dilahirkan dalam keadaan fitrah dan tergantung pada orang tualah untuk menjaga atau merusak fitrah itu.

 

Di dalam homeschooling orang tua berperan sebagai guru utama, walaupun kadang juga memakai jasa guru privat, namun tanggung jawabnya tetap berada di tangan orang tua. Akan tetapi fungsi guru disini adalah sebagai fasilitator dalam membimbing anak untuk belajar. Buku-buku dan latihan soal hanya dijadikan sarana pendukung dalam belajar, bukan sebagai target yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan materi dan kurikulumnya disusun sesuai dengan minat si anak. Anak dilibatkan dalam penyusunannya, sehingga anak akan senang dalam belajar. Meskipun anak diberi kebebasan dalam memilih waktu belajar dan materi apa yang akan dipelajari,namun bukan berarti anak belajar semaunya sendiri. Mereka tetap dilatih bertanggung jawab dengan pilihannya tersebut. Karena pada dasarnya orang-orang yang diizinkan membuat keputusan mengenai cara bersikap dapat bekerja lebih kompeten dan lebih efektif dari pada mereka yang perilakunya dikendalikan dengan ketat dan dinilai orang.

 

SEJARAH HOME SCHOOLING

Pendidikan di rumah bukanlah hal baru. Sebelum ada sistem pendidikan modern (sekolah) sebagaimana dikenal pada saat ini, pendidikan dilaksanakan dengan berbasis rumah. Pada zaman Yunani, sekolah (skhole) artinya menggunakan waktu senggang secara khusus untuk belajar (Leisure devoted to learning). Awalnya memang diadakan di rumah, bersama ibu dan bapak, yang disebut dengan schola materna.39 Lalu karena orang tua mulai sibuk mencari nafkah, maka anak-anak dicarikan tempat pengasuhan anak dimana ada orang yang pandai dalam hal tertentu. Sehingga schola materna berubah menjadi schola in loco parentis (lembaga pengasuhan anak di luar rumah sebagai ganti orang tua).

 

Sebelum jenis pekerjaan di sektor formal mulai bermunculan, kebutuhan akan pendidikan formal belum terlalu besar, kurikulum atau muatan pendidikan lebih menitikberatkan pada life skill (keterampilan hidup) sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan hidup serta etika perilakuyang didasarkan pada nilai-nilai agama ataupun adat kebiasaan masyarakat  masing-masing. Proses belajarnya sendiri dilakukan dirumah masingmasing oleh orang tua maupun keluarga besar. Hanya ketika anak-anak dianggap perlu memiliki keterampilan tambahan, orang tua mengirimnya “berguru” kepada orang-orang yang memang ahli di bidangnya.40 Selain itu para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru privat untuk mengajar anak-anaknya. Itulah jejak homeschooling masa lalu.

 

Sejak perkembangan revolusi industri, terjadi proses sistematisasi pendidikan dan proses belajar. Perkembangan ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan serta usaha untuk memasuki proses pembelajaran selama berabad-abad menghasilkan sebuah evolusi sistem pendidikan yang kemudian kita kenal sebagai sekolah. Sekolah adalah salah satu representasi institusional dari nilai-nilai modern yang dipegang manusia saat ini. Sehingga institusi modern sekolah adalah solusi untuk mengatasi keterbatasan keluarga dalam mendidik anaknya secara sadar dan terencana.

 

Walaupun sekolah menjadi institusi pendidikan yang terbukti bermanfaat bagi kemanusiaan, tetapi sekolah bukanlah satu-satunya carabagi anak untuk memperoleh pendidikan. Sekolah merupakan salah satu cara anak untuk belajar dan memperoleh pendidikan. Sebagai sebuah institusi/sistem belajar, sekolah tidaklah sempurna. Itulah sebabnya selalu ada pembaruan untuk memperbaiki sistem pendidikan. Berbagai filsafat dan pemikiran terus lahir, serta berinteraksi dengan kondisi sosial yang dialami oleh masyarakat.

 

 

Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anaknya. Banyak keluarga Indonesia belajar ke luar negeri menyelenggarakan homeschooling untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Selain itu ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan di sekolah formal juga menjadi pemicu bagi keluarga Indonesia untuk menyelenggarakan homeschooling yang dinilai lebih dapat mencapai tujuan pendidikan yang direncanakan oleh keluarga.

 

Ada beberapa teori yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling, salah satunya adalah teori yang digagas oleh Howard Gardner, yaitu Multiple Intelligences.45 Teori ini berusaha mengubah cara pandang terhadap kecerdasan seseorang. Seseorang tidak hanya dapat dikatakan cerdas manakala ia cerdas secara kognitif saja. Menurut teori ini setiap manusia memiliki satu atau lebih jenis kecerdasan yang menonjol, dan kecerdasan-kecerdasan lain yang biasa atau kurang. Sehingga jika seorang anak tidak memiliki satu kecerdasan, misalnya kecerdasan logika- matematika, tidak berarti anak tersebut bodoh. Sangat dimungkinkan anak tersebut memiliki jenis-jenis kecerdasan lain yang menonjol. Teori ini sejalan dengan homeschooling yang menghargai keunikan individual seorang anak.

 

VISI

Membentuk Generasi Bangsa yang Berkarakter Islami, Mandiri dan Bermanfaat untuk Umat

 

MISI

  1. Membina peserta didik dengan akidah yang lurus, ibadah yang shohih dan akhlak mulia
  2. Mewujudkkan pola pendidikan Islami dengan mengedepankan pembinaan tahsin dan tahfidzul qur’an
  3. Mengembangkan sistem pendidikan yang bertumpu pada imtaq (Iman dan Taqwa) dan Iptek (Ilmu pengetahuan dan Tekhnologi) yang Islami serta unggul dalam bidang akademik.
  4. Menumbuhkan dan mengembangkan kecakapan hidup ( life Skill ) dan bakat peserta didik sesuai dengan zaman dan usianya
  5. Membangun kepercayaan dan kemitraan dengan orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar.

 

Tujuan :

Melahirkan kader bangsa yang memiliki karakter Islami, Mandiri, cinta tanah air dan berkontribusi untuk kemajuan ummat

 

Motto :

Berkarakter, Mandiri dan Bermanfaat untuk Ummat

 

 

SASARAN PEMBELAJARAN :

 

  1. akademik (pengetahuan)

Penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu, yang mencakup program pendidikan sesuai kurikulum Diknas.

  1. attitude (akhlaqul karimah)

Menanamkan pembiasaan serta nilai-nilai Agama Islam dalam pembelajaran seperti : Akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik. Ibadah, berupa pembiasaan Shalat,Do’a harian dll. Keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya. Sejarah, berupa pembiasaan agar anak membaca dan mendengarkan sejarah kehidupan Rasūlullāh SAW, para sahabat dan para pembesar dan mujahid Islām

  1. life skill (kecakapan hidup)

Mengembangkan Kecakapan hidup dan keterampilan anak, sehingga mampu beradaptasi dan berperilaku positif. Sehingga anak mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif

  1. ekskul (minat&bakat)

Mendukung perkembangan anak melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter.

 

 

 

 

OUR CLASS

  1. Private Class
  2. Community Class
  3. Special Needs

 

 

 

FASILITAS HOME SCHOOLING AZZAHRA

  1. Ruangan ber AC
  2. Laboratorium Komputer

dan Audiovisual

  1. Musholla
  2. Ruang Serbaguna
  3. 5. Konsultan Pendidikan
  4. Konsultan Inklusi
  5. 7. Perpustakaan
  6. 8. Playground (Indoor dan Outdoor)
  7. 9. dll

 

PERSYARATAN PENDAFTARAN HOME SCHOOLING AZZAHRA

Bersedia mengikuti aturan yang berlaku

Mengisi dan menyerahkan Formulir pendaftaran

dengan melengkapi

  1. Foto Copy Akte Kelahiran                 5 lembar
  2. Foto Copy Kartu Keluarga                 5 lembar
  3. Foto Copy Rapot Terakhir                 3 lembar
  4. Foto Copy Legalisir lJAZAH & SKHUN 3 lembar
  5. Foto Copy KTP Orang Tua                 3 lembar
  6. Pas photo 2×3 dan 3×4 2 lembar

 

ESKUL MINAT BAKAT

1.Al-Muyassar

2.Jurnalistik

3.Publik Speaking dll

 

 

ALAMAT HOME SCHOOLING AZZAHRA

Taman Kenari Jagorawi Blok IV C No.44

Citeureup – Bogor 16810

 

CONTACT PERSON

Nazma Rahayu

0821-1101-3711

akun pro rusia slot gacor 4d